journalpesantren.com .JAKARTA – Perubahan pola kehidupan di masa pandemi sangat dirasakan tidak hanya sosial, ekonomi. Di bidang pendikan juga mengalami perubahan dari pembelajaran tatap muka ke sistem digital atau daring. Oleh sebab itu, tenaga pendidik baik guru atau dosen mau tidak mau harus cakap digital.
Fasilitator Nasional Program Usaid Prioritas, Sabar Nurohman mengatakan model pembelajaran aktif sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar seperti Youtube, Google Form, Google Meet, Zoom, Power Point, Google Assistant, Quizziz, dan Google Classroom harus dikenalkan kepada anak didik.
Atau kata Sabar, dengan contoh model pembelajaran aktif menggunakan modul materi jam board, anak- anak menyampaikan pendapat melalui tulisan, garis, sampai gambar.
“Diharapakan anak-anak berfikir dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan apa yang mereka lihat dan mereka pikirkan. Dengan hal itu anak-anak tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran blended learning,” ungkap Sabar dalam Seminar Cakap Digital, Ngobrol Bareng Legislator dengan Tema “Menjadi Pendidik Yang Cakap Digital” baru- baru ini.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Sukamta menyampaikan bahwa data penggunaan internet di Indonesia naik mencapai 202,6 juta. Internet merupakan salah satu sumber informasi untuk urusan pribadi maupun pendidikan.
Ketika anak-anak dikenalkan kepada aspek entertainment, tambah Sukamta mereka sangat tertarik. Namun ternyata efek sampingnya anak-anak menjadi kurang minat dalam belajar, dan kemampuan dalam membaca pun ikut menurun. Lamanya waktu anak-anak dalam penggunaan media internet juga mempengaruhi hal tersebut.
“Dalam sekolah, tenaga pendidik mengajarkan kepada anak-anak hal-hal yang positif, baik berupa starategi belajar maupun mengontrol anak-anak dalam penggunaan internet. Pengunaan internet juga akan dihadapkan tantangan yang beragam, salah satunya kejahatan siber. Hal itu dapat dilawan dengan pentingnya mengetahui dan memahami literasi digital,” ungkap Sukmta.
Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber. Berdasarkan Common Sense Media, literasi digital mencakup kompetensi pemanfaatan teknologi, memakai dan memahami konten digital, menilai kredibilitasnya, meneliti serta mengomunikasikan dengan alat yang tepat. Tantangan bagi sekolah yaitu bagaimana cara membuat anak-anak mengetahui pentingnya literasi digital.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (APTIKA KOMINFO) RI bekerja sama dengan Komisi I DPR RI yakni Sukamta dan Fasilitator Nasional Program Unsaid Prioritas, Sabar Nurohman yang bertujuan untuk mengedukasi dan literasi kepada masyarakat yang bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat, khususnya pendidik di bidang digital.
Kegiatan ini juga untuk memfasilitasi dialog dan kerjasama sinergis antar pemangku kepentingan majemuk terutama komunitas, baik nasional maupun daerah, yang inklusif secara berkelanjutan terkait edukasi dan advokasi literasi digital pada masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui pentingnya literasi digital dalam dunia pendidikan, baik bagi pendidik, lembaga pendidikan, maupun peserta didik.
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (APTIKA KOMINFO) RI, Samuel A. Pangerapan dalam sambutannya menyampaikan bahwa Program Gerakan Literasi Digital Nasional ditujukan untuk membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang teknologi digital serta meningkatkan kecakapan digital masyarakat Indonesia untuk menciptakan ruang digital yang tetap aman, beretika, dan berbudaya. []