journalpesantren.com Kepemimpinan Indonesia ke depan adalah perwajahan anak muda Indonesia hari ini. Ketika anak muda mampu mewarnai perpolitikan nasional dan menciptakan perubahan sosial. Maka kita layak optimistik, kepemimpinan Indonesia akan menciptakan generasi unggulan yang mampu berdaya saing. Sosok generasi unggul yang berangkat dari konsep kepemimpinan Pancasila. Sebuah kepemimpinan yang merujuk kepada nilai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila. Kepemimpinan Pancasila menurut Kariyadi & Suprapto (2017), dibangun atas lima nilai penting yaitu transendensi, humanisasi, kebhinekaan, liberasi, dan keadilan. Dalam segi tataran praktis, kelima nilai diterjemahkan menjadi religius, beretika, dan bertanggung jawab dalam memimpin sehingga menghasilkan daya ungkit dan pengaruh besar kepada generasi berikutnya (Permady et al., 2021)
Kepemimpinan Pancasila memiliki lima nilai yang saling terikat, ketergantungan dan saling melengkapi. Seseorang yang Pancasilais, meyakini Tuhan dan agama adalah standar normatif dalam kehidupannya. Dia akan merasa tidak bisa apa-apa tanpa bantuan Tuhan, serta campur tangan ajaran agama. Dengan membangun spiritualitas diri, maka pemimpin tidak kehilangan jalan dalam menentukan masa depannya, serta mampu menjawab tantangan zaman. Ketika ada persoalan berat yang membutuhkan kebijakan dan kekuasannya, dia mampu mengambil keputusan dengan bijaksana. Tidak hanya untuk kepentingan dirinya, spiritualitas juga dibangun dengan kedekatan bersama kelompok agamawan dan orang saleh di sekitarnya. Sebagai anak muda, Gibran termasuk pemimpin yang aktif mendatangi dan berkomunikasi dengan ulama. Sebuah tindakan yang layak dijadikan teladan dalam usaha membangkitkan spiritualitas anak muda Indonesia.
Kedua, tak ada kepemimpinan yang lahir dari sikap angkuh, keras kepala, dengki dan keburukan lainnya. Sebagai manusia, pemimpin justru dituntut mampu bersikap humanis, sopan-santun dan meminjam istilah Jawa, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake (maju perang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan). Konsep ini sukses dipakai Gibran yang tetap humanis dan tidak ”besar kepala” ketika diremehkan berkali-kali dalam debat. Sebagai anak muda yang dinilai seringkali ”miskin pengalaman” ketika mampu membalikkan keadaan saat debat, Gibran justru tetap tenang dan tidak terpengaruh untuk merendahkan lawan. Tipe kepemimpinan ini yang dibutuhkan sebagai teladan anak muda, di tengah keriuhan politik yang kadang membuat anak mudah menjauh akibat praktek kotornya. Berbagai kritikan dan tudingan miring dijawab dengan santai, fokus membuktikan dirinya mampu bersaing secara kapasitas intelektual dengan senior-seniornya.
Ketiga, persatuan bangsa dengan menciptakan dan terus mendorong upaya kolaborasi dengan berbagai pihak yang menjadi teman dan lawan politiknya. Pemenang politik selama ini cenderung menolak kerjasama dengan pihak yang kalah. Pemenang mengendalikan kekuasaan, yang kalah sibuk menjadi oposisi. Tetapi kondisi mulai berubah, terutama di masa transisi kepemimpinan paska pemilu 2024. Secara aktif Gibran selaku pendamping Prabowo mengaku siap bekerjasama dengan semua pihak termasuk yang tidak mendukungnya dalam Pemilu Presiden 2024. Dari sini terlihat kebesaran jiwa, kematangan mental, dan kerendahan hati untuk berkolaborasi dalam memajukan pembangunan Indonesia. Gibran sebagai anak muda turut mempelopori konsep integrasi nasional secara nyata, di tengah panasnya perpolitikan yang belum sepenuhnya usai khususnya masih sikap tidak legowo atas pihak yang kalah dalam kompetisi politik tahun 2024.
Keempat, musyawarah mencapai mufakat yang berlandaskan prinsip gotong royong. Di tengah tudingan nepotisme politik, Gibran cenderung menanggapi santai tudingan yang ada. Dalam banyak pemberitaan media, Gibran justru merasa dukungan politik dari keluarga sesuatu yang wajar. Sebab sebelum memutuskan maju dalam pencalonan capres-cawapres, Gibran sudah meminta doa dan restu keluarga besarnya. Konsep musyawarah mufakat dijalankan dengan baik, sehingga keinginan menjadi pemimpin muda di tengah gelanggang politik mendapatkan Izin dan Doa Restu dari keluarga. Ini berdampak kepada dukungan semesta yang hadir melalui jutaan suara rakyat Indonesia yang mencoblos dirinya di bilik suara. Hal ini membuktikan betapa musyawarah mufakat sebagai nilai dan tradisi praktek baik bangsa Indonesia sudah dijalankan dengan baik.
Kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Konsep keadilan sosial bukan sesuatu yang abstrak, justru hadir dalam perwajahan nyata program unggulan Gibran dalam mendampingi capres Prabowo. Adanya dana abadi pesantren, kredit start up milenial, ekonomi hijau, KIS Lansia merupakan bentuk keberpihakan seorang pemimpin berjiwa muda kepada rakyat Indonesia termasuk di dalamnya kelompok anak muda dan generasi tidak produktif seperti orang lanjut usia. Sebagai pemimpin berjiwa Pancasila, Gibran menerjemahkan program Presiden Jokowi sudah bagus tinggal dilanjutkan dan diberikan inovasi. Agenda keberlanjutan dalam program yang menghadirkan keadilan sosial menjadi bentuk nyata dukungan negara melalui pemimpin untuk keadilan dan kesejahteraan bangsa dan negara yang dipimpinnnya. Penulis Inggar Saputra Praktisi Politik dan Sekjen Rpp Nusantara ( JP ).