journalpesantren.com Pemuda adalah sosok manusia yang unik, kehidupannya dinamis, memiliki prinsip kuat dan pikirannya kreatif serta beragam. Menyatukan potensi pemuda apapun bentuknya, termasuk persoalan kepemimpinan merupakan problematika yang sulit. Mereka punya warna, keyakinan, kepentingan dan arus gejolak aksi sendiri yang berbeda dengan kalangan tua. Mempertemukan kepentingan pemuda tidak berlaku rumus satu keilmuan, melainkan keilmuan yang multidimensional.
Berawal dari pertanyaan mendasar, bagaimana rumus pemimpin KNPI menyatukan pemikiran dan tindakan pemuda Indonesia yang beragam kepentingan. Baik kepentingan sosial, benturan antar budaya, kesukuan, ekonomi dan lainnya yang selalu menyertai arus panjang perjalanan pemuda Indonesia. Apalagi siapapun paham, KNPI bukan semata wadah pertemuan komunitas, tetapi kental sekali muatan politis di dalamnya. Seringkali kita mendengar konflik kericuhan acara KNPI, dualisme kepengurusan dan keributan yang melibatkan sarana fisik.
Dari berbagai persoalan dalam tubuh KNPI yang mengakat kuat itu, tentu meninggalkan banyak pertanyaan. Ada masalah, tetapi solusi yang “dijatuhkan” harus lebih banyak lagi. Bagaimanapun, pemuda itu sejatinya kreatif, kepercayaan diri tinggi dan memiliki beragam tawaran perubahan. Kadang tawaran yang diberikan bersifat temporer, tapi jangan kaget juga kadang pemikiran anak muda itu visioner. Ini tentu tidak terlepaskan dari bagaimana mereka mampu membaca dan melihat lingkungan strategis di sekitarnya.
Melalui berbagai gejolak dan kegelisahan di tubuh KNPI, akhirnya berhasil dirumuskan sebuah pendekatan multidimensional. Kepemimpinan multikulturalisme adalah satu pendekatan yang layak dipakai menyelesaikan masalah pemuda Indonesia yang heterogen. Apalagi ini membawa nama KNPI, sebuah organisasi kepemudaan yang selayaknya menjadi role model kepemimpinan di antara ratusan organisasi kepemudaan berbasis keilmuan, organisasi ekstra kampus, kepemudaan di masyarakat dan sayap partai politik. Terlalu optimis rasanya, saya melihat bahwa KNPI akan menjadi organisasi kebhinekaan jika mampu menjalankan kepemimpinan multikulturalisme dalam kebijakan dan kegiatannya.
Kepemimpinan menjadi warna penting dalam sebuah organisasi manapun termasuk KNPI. Tak sekedar kepemimpinan yang biasa, KNPI harus mampu menjalankan kepemimpinan yang merangkul berbagai kepentingan aktor di dalamnya. Kepemimpinan di KNPI harus mampu memberikan tantangan bersama, keteladanan, pikiran visioner, kolaborasi yang kuat dan menciptakan ruang yang nyata terhadap keberhasilan individu adalah kunci sukses kemenangan secara kolektif. Jika itu sudah mampu dicapai, pertanyaan selanjutnya, bagaimana mencapai kepemimpinan yang mampu mengakomodir beragam kepentingan?
Di Indonesia, kita mengenal tiga model multikulturalisme yaitu nasionalitas, nasionalitas etnik (primordialisme) dan multikultural etnik (heterogenitas).Dalam prakteknya, KNPI sebagai organisasi kepemudaan nasional harus menyerap aspirasi organisasi berbasis kesukuan, kampus, sayap partai politik, keilmuan/profesi dan organisasi kemasyarakatan berbasis pemuda. Menjawab kebutuhan itu, organisasi KNPI harus mampu memproduksi individu yang memiliki kecerdasan budaya, identitas global dan keragaman antar budaya. Selangkah lebih jauh, individu dalam KNPI harus terbiasakan menerima konflik sebagai kebutuhan, disertai kemampuan mengolah konflik menjadi kekuataan yang menguatkan solidaritas dan soliditas organisasi.
Mencapai semua idealitas di atas tentu tidak mudah, maka dibutuhkan pendekatan komunikasi antar budaya sehingga kepemimpinan multikulturalisme dapat diwujudkan. Untuk itu, individu dalam KNPI harus mampu mengatasi persoalan streotipe terhadap individu yang berbeda dengan dirinya. Selain itu, mengelola prasangka yang ada dalam kepengurusan menjadi kebutuhan yang tidak terhindarkan. Ini dapat dicapai dengan mengundang adanya keterbukaan dalam organisasi, menghargai pencapaian individu dan komunikasi yang intensif. Terakhir, upayakan pencegahan terhadap etnosentrisme sehingga tidak berkembang pandangan mayoritas-minoritas, dan superior-inferior dalam tubuh organisasi.
Buku ini lahir dalam menjawab semua kegelisahan penulis terhadap fenomena keorganisasian KNPI secara nasional di tengah kemajuan globalitas dan modernisasi. Diharapkan buku ini mampu menjadi “solusi” yang bermuatan akademis tetapi berbasis realitas dan realistis dalam implementasinya. Berawal dari tesis Inggar Saputra di Prodi S2 Ketahanan Nasional Universitas Indonesia, buku yang diterbitkan Perpusnas Press pada akhir tahun 2022 ini menjadi kebutuhan yang dirasakan cukup menemukan relevansinya atas berbagai persoalan yang belakangan muncul, hadir dan tumbuh dalam organisasi KNPI.Inggar Saputra M,Si