journalpesantren.com Jakarta – Dalam sejarah kemerdekaam Indonesia, peran pemuda adalah kunci penting dalam merebut kekuasaan dari tangan Jepang yang saat itu berkuasa. Tekanan anak muda seperti Chaerul Saleh, Sukarni dan pemuda lainya kepada Soekarno agar deklarasi Indonesia merdeka sangat keras saat itu dan terbukti mendorong proklamasi kemerdekaan menjadi lebih cepat, tak usah menunggu pemberian Jepang.
“Pergerakan anak muda termasuk Wikana, Iwa Kusumasumantri, Djojopranoto dan Sudiro sangat berperan penting dalam mendorong Indonesia merdeka. Kalau kita ingat sejarah, mereka datang malam hari ke rumah Bung Karno pada 15 Agustus 1945. Tujuannya satu, bagaimana Bung Karno dan Bung Hatta segera membuat rumusan naskah proklamasi, sebab Jepang sudah kalah dari Sekutu sehari sebelumnya” terang Wakil Ketua II Veteran Republik Indonesia, Dan Pimpinan Pusat KIN RI Marsdya TNI Purn Wresniwiro.
Konflik terjadi, keinginan mereka ditolak dan dwi tunggal menginginkan dibentuk dulu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dipimpin Bung Karno. Debat terjadi, pemuda menilai PPKI buatan Jepang, mereka menolak janji Jepang memberikan kemerdekaan pada 24 Agustus 1945.
”Pemuda kemudian membawa keduanya ke Rengasdengklok, kembali tekanan terjadi dari pemuda yang ingin kemerdekaan dipercepat. Kesaksian Ibu Fatmawati, Sukarni dan Winoto Danuasmoro membawa Sukarno, Hatta, bersama Fatmawati dan Guntur dengan mobil Fiat hitam kecil, kemudian malam 16 Agustus 1945 kami dijemput Achmad Soebardjo untuk kembali ke Jakarta dan berkumpul bersama 29 orang lainnya di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda” tambahnya.
Mereka semua berunding merumuskan naskah proklamasi, Maeda naik ke lantai atas rumahnya. Usai menulis naskah proklamasi bersama Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo, Soekarno membacakannya di hadapan para peserta rapat yang berkumpul di ruang tamu.
”Rapat baru selesai pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari, setelah disetujui hadirin, maka Bung Karno meminta Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi ditemani jurnalis nasional BM Diah. Ada yang diubah, misalnya Kata ‘tempoh’ diubah menjadi ‘tempo’, kata ‘Wakil-wakil bangsa Indonesia’ diubah menjadi ‘Atas nama bangsa Indonesia’. Selain itu, penulisan hari, bulan, dan tahun juga diubah” tegasnya.
Selesai naskah proklamasi selesai diketik, Soekarno dan Hatta menandatanganinya di atas piano rumah Maeda dan meminta naskah itu disebarkan ke kantor berita agar diketahui masyarakat Indonesia. Mengingat kondisinya yang terkena sakit malaria, Bung Karno pulang ke rumah, sampai pagi 17 Agustus setelah minum obat kondisinya mulai membaik, berpakaian kemeja dan celana putih Soekarno segera menuju halaman depan rumahnya.
Kemudian terjadi peristiwa bersejarah, tepat 17 Agustus 1945 pukul 10.00, dimana Latief Hendraningrat menjadi pemimpin upacara bendera. Bung Karno dan Bung Hatta membaca teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, tak lama lagu Indoensia berkumandang tanpa musik dan bendera merah putih dikibarkan.
”Meski masih sakit, bung Karno tetap bersemangat mengumumkan bangsa Indonesia resmi merdeka, sebuah negara baru telah lahir. Pagi itu Indonesia merdeka, selesai proklamasi di tengah sakitnya Bung Karno dan peserta upacara sangat terharu dan bangga. Mereka bangga Indonesia sudah merdeka dari penjajahan” Pungkas Marsdya TNI Purn Wresniwiro SE MM.
Kepala dan Pengurus Pusat Serta Pendiri KIN RI ,Jenderal TNI Purn Tyasno Sudarto,Marsdya TNI Purn Wresniwiro,Mayjen Bambang Saiful Basri ,Drs Agus S Budiman,M Arief Nur Cholis,Infokom KIN RI Saiful,Purwo HK,Gus Mahfud,
JP….