Journalpesantren lampung.Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga kami diberikan kemampuan dan kemudahan dalam penyusunan artikel prinsip-prinsip pembuatan lesson plan.
Kami menyadari bahwa artikel ini masih belum cukup baik, kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam artikel ini. kami juga menyadari bahwa kami masih banyak mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam materi, sehingga menjadikan keterbatasan bagi saya pula untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, saya mohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kekurangan dan kesalahan. semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita dan juga dapat menambah pengetahuan kita agar dapat lebih luas lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai penegasan bahwa seseorang harus memiliki keterampilan dan kepandaian mensiasati suatu tujuan yang ingin dicapainya agar tepat sesuai dengan yang diinginkan. Seorang guru yang merupakan salah satu komponen manusiawi di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, salah satu peran seorang guru adalah menjadi fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, guru harus menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedimikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif
Dalam keterampilan membuat lesson plan banyak ditentukan oleh pengalaman dan kecerdasan, namun yang lebih baik bila dilandasi oleh suatu kemampuan teoritis yang berkenaan dengan itu, teori – teori itu antara lain terdapat berbagai model pengajaran.
Di Indonesia sejak tahun 1975, secara umum digunakan lesson plan yang mengambil suatu bentuk pelajaran satpel. Hampir semua sekolah menggunakan model ini, tapi ada juga lesson plan yang buat dalam bentuk modul, sesungguhnya “modul” lesson plan itu dapat banyak sekali, oleh karena itu, dirasakan perlu diberikan sebuah modul dasar yang teoritis dengan tentang teori – teori umum ini perlu dimiliki terutama oleh calon guru yang menyandang keahlian sebagai guru.
Dalam keterampilan membuat lesson plan banyak ditentukan oleh pengalaman dan kecerdasan, namun yang lebih baik bila dilandasi oleh suatu kemampuan teoritis yang berkenaan dengan itu, teori-teori itu antaran lain terdapat berbagai model pengajaran. oleh karena itu dalam makalah ini kami akan memaparkan bagaimana cara membuat LASSON PLAN.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Lesson Plan?
2. Apa saja prinsip-prinsip pembuatan Lesson plan
3. Bagimana langkah-langkah membuat Lesso n plan
4. Apa tujuan utama Lesson Plan dalam siste m lesson plan
5. Apa manfaat dari penggunaan Lesson Plan?
C. Tujuan pembahasan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuannya untuk :
1. Mengetahui pengertian Lesson Plan
2. Mengidentifikasi prinsip-prinsip pembuatan Lesson Plan
3. Mengetahui langkah-langkah membuat Lesson Plan
4. Mengetahui tujuan utama Lesson Plan dalam sistem pengajaran
5. Mengetahui manfaat dari penggunaan Lesson Plan
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Lasson Plan
Dalam kehidupan sehari hari mungkin kita sudah banyak mendengar mengenai Lesson Plan. Lesson Plan itu sendiri adalah perencanaan yang dilakukan sebelum melakukan proses belajar mengajar dalam kelas.
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan di gunakan.
Penggunaan metode mengajar yang tepat, merupakan suatu alternatif mengatasi masalah rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran tertentu, guna meningkatkan mutu pengajaran. Penerapan suatu metode pengajaran harus ditinjau dari segi keefektifan, keefesienan dan kecocokannya dengan karakteristik materi pelajaran serta keadaan siswa yang meliputi kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial ekonomi siswa sebagai obyek. Sesuai yang dikatakan oleh Rostiyah bahwa :
“Setiap jenis metode pengajaran harus sesuai atau tepat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi untuk tujuan yang berbeda guru harus mengadakan teknik penyajian yang berbeda sekaligus untuk mencapai tujuan pengajarannya”.
Salah satu metode yang diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah menggunakan metode resitasi. Dalam metode resitasi diharapkan mampu memancing keaktifan siswa dalam proses belajarn mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan harus di pertanggung jawabkan
.
Prinsip-Prinsip Dalam Pembuatan Lasson Plan
Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang cepat dan tepat. Salah satu syarat dalam pengajaran yang cepat dan tepat ialah dalam mengajar menggunakan lasson plan (persiapan/perencanaan mengajar). Adapun dalam membuat lasson plan harus menguasai beberapa prinsip berikut :
1. Memahami tujuan pendidikan
Dalam lasson plan tujuan menduduki posisi paling penting karena lasson plan dibuat sebagai program mencapai tujuan itu.
2. Menguasai bahan pengajaran
Seseorang yang akan membuat lasson plan tidak cukup hanya mempunyai kemampuan membuat rumusan tujuan pengajaran, tetapi guru juga harus harus menguasai bahan pengajaran. Adapun bahan pengajaran tersebut sekurang-kurangnya ialah bahan pengajaran untuk tingkat / jenis sekolah yang akan menggunakan lasson plan tersebut.
3. Memahami teori pendidikan selain teori pendidikan
Dalam membuat lasson plan jika hanya mempertimbangkan teori-teori dan mengajar belajar, maka kegiatan interaksi itu hanya berlangsung semata-mata pengajaran, kuarng munculnya usaha-usaha pendidikan selain pengajaran. Ringkasnya guru jangan hanya mengajar, tetapi harus melakukan usaha lainnya seperti member contoh yang baik, pembiasaan, pujian, hadiyah,dan lain-lain.
4. Memahami prinsip-prinsip mengajar
Dalam membuat lasson plan guru harus menerapkan prinsip-prinsip mengajar, adapun prinsip-prinsip tersebut diantaranya sebagai berikut:
Pengajaran hendaknya menarik minat
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pengajaran yaitu bagaimana guru dapat membangkitkan minat dalam diri murid. Dalam sebuah penajaran minat harus tetap dijaga karena mudah sekali berkurang atau hilang dalam selama proses pengajaran tersebut. Bila minat telah muncul maka perhatian pasti akan mengikutinya. Namun jika minat sedikitpun tidak muncul maka suasana belajar menjadi gaduh, pelajaran yang menjemukan, dan mudah sekali hilangnya perhatian dalam pelajaran.
Partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar
Minat yang telah muncul, diikuti dengan tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar mengajar, maka dengan sendirinya telah membawa murid kesuasanapartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Prinsip pengulangan
Prinsip ini diterapkan dalam laason plan yang berisi bahan kegiatan yang menyangkut materi yang harus dihafalkan, tetapi ini bukan berarti bahan-bahan yang menuntut pemahaman tidak memerlukan pengulangan sama sekali, sebab pemahaman sesungguhnya tidak lepas dari ingatan/pengulangan.
Kematangan murid
Kematangan murid akan mempengaruhi pembuatan lasson plan, terutamadalam hal pemilihan bahan pengajaran yang akan mengisi kegiatan interaksi. Selain itu kematangan murid juaga akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar yang akan digunakan. Pertimbangan-pertimbangan ini berlaku bagi seluruh bidang studi.
Prinsip mengajar murid belajar
Menurut prinsip ini hakikatnya belajar dan mengajar ialah melatih murid belajar sendiri, guru hanyalah seorang penolong murid dalam mencapai tujuan itu.
5. Memahami metode-metode mengajar.
Dalam suatu lasson plan kadang-kadang digunakan lebih dari satu metode. Dalam hal seperti itu maka kegiatan pokok dalam proses belajar mengajar tersebut pasti ditandai oleh salah satu penggunaan metode tertentu. Oleh karena dari sekian banyak metode-metode mengajar, namun semuanya tidak dapat digunakan dalam semua kondisi belajar melainkan harus memilih seperti apa metode yang cocok digunakan dalam suatu pembelajaran. Dalam pemilihan tersebut banyak hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
– Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkatan kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.
– Tujuan yang hendak dicapai
– Situasi yang mencakup hal umum seperti situasi kelas dan lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi ruangan yang tersedia sempit.
– Alat-alat yang tersedia, karena akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan.
– Kemampuan pengajar tentu menetukan, mencakup kemampuan fisik, dan kemampuan kognitifnya.
Bagi guru yang kurang kuat berceramah dalam metodenya maka harus menggunakan metode lain yang tidak memerlukan pengeluaran tenaga yang banyak, namun jika metode yang digunakan adalah diskusi maka guru harus mempunyai kemampuan kognitif yang lebih tinggi karena informasi yang digunakan dalam metode ini terkadang lebih banyak daripada sekedar bahan yang diajarkan.
Kemudian selain dari beberapa pertimbangan diatas terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses menentukan strategi metode dan tekhnik pembelajaran,diantaranya ialah:
a. Aspek pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan tercakup penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.
b. Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran.
Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik pembelajaran berhubungan dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi. Untuk melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis, agar nilai strategis setiap aktivitas yang dilakukan guru-murid di kelas dapat terealisasi. Kiat-kiat teknis tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural. Kiat teknis prosedural dari setiap aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran. Dengan perkataan lain, taktik pembelajaran adalah kiat-kiat teknis yang bersifat prosedural dari suatu tindakan guru dan siswa dalam pembelajaran aktual di kelas.
c. Aspek Metode dan Teknik dalam Pembelajaran
Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi dinamis antara guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya. Interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut lazimnya dinamakan metode.
Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut tentang cara bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan berceramah, berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain.
Setiap metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran
d. Prosedur Pembelajaran
Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran yang konsisten yang berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut merupakan prosedur pembelajaran.
6. Memahami model-model pengajaran
Dalam bukunya DeQueljoe dan A. Gazali mengistilahkan model pengajaran sebagai jalan pengajaran, sedangkan jalan pengajaan tersebut ada empat macam yaitu sebagai berikut:
1) Jalan pelajaran konsentris
Pada jalan pelajaran ini seluruh bahan pelajaran dijalani beberapa kali dari permulaan hingga akhir dimulai dari yang paling mudah dan paling penting.
2) Jalan pelajaran suksestif
Suksesi artinya urutan atau berurutan. Di dalam jalan pelajaran ini seluruh bahan hanya dilakukan satu kali, karena pengajaran maju secara berurutan. Misalnya pertama menerangkan bab 1, kemudian bab 2, setelah itu bab 3, dan seterusnya.
3) Jalan pelajaaran sintetis
Jalan pelajaran ini menunjukkan kegiatan belajar mengajar seharusnya dimulai dari mempelajari unsur-unsur atau bagian-bagian untuk selanjutnya membuat kesimpulan atau merumuskan kesimpulan yang bisa berbentuk klarifikasi atau dengan menggunakan praktek.
4) Jalan pelajaran analisis
Jalan pelajaran ini merupakan kebalikan dari jalan pelajaran sintesis. Dimulai dari yang umum, menuju yang khusus (dari keutuhan menuju bagian-bagian).
7. Menerapkan prinsip-prinsip evaluasi yang tepat
Evaluasi disini adalah penilaian terhadap kemampuan murid dalam menguasai bahan pengajaaran yang telah diberikan. Untuk menyatakan tingkat penguasaan itu diberikan suatu nilai, yang biasanya dalam bentuk angka.
Langkah-langkah pembuatan Lesson Plan
Langkah-langkah umum membuat lasson plan dapat mengikuti empat langah yang disusun oleh glaser dan music modelnya. Adapun langka-langkah tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Tujuan
Menurut Glaser langkah pertama dan terpenting dalam membuat lesson plan ialah merumuskan tujuan (instructional objective). Disini instructional berarti pengajaran. Tujuan pengajaran itu tidak boleh meyimpang dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Tujuan pengajaran yang dimaksud dalam model ini ialah suatu pola tingkah laku yang khusus yang diharapkan dimiliki murid setelah proses pengajaran selesai. Tujuan inilah yang dimaksud dengan Tujuan Instructional Khusus (TIK). Teorinya, tujuan intruksional khusus ini harus di rumuskan secara spesifik dan operasional. Spesifik artinya, khusus, sedangkan operasional artinya jelas, ialah mudah diukur atau mudah dites. Adapun penjelasan lebih lanjut mengnenai spesifik dan oprasional adalah sebagai berikut:
a. Rumusan yang spesifik
Spesifik artinya khusus. Khusus di sini berarti satu. jadi satu TIK hanya mengandung satu pola tingkah laku. “siswa dapat membaca dan menterjemahkan surat al-fatihah,” misalnya, adalah contoh TIK yang tidak khusus, karena ada dua pola tingkah laku yang terkandung di dalam rumusan TIK tersebut, yaitu:
1. Dapat membaca,
2. Dapat menerjemahkan.
Tujuan intruksional itu seharusnya di jadikan dua TIK:
1. Siswa dapat membaca surat al-fatihah,
2. Siswa dapat menerjemahkan surat al-fatihah.
b. Rumusan yang operasional
Operasional artinya jelas (dapat diukur dengan tes). Jadi bila anda sudah merumuskan TIK anda, anda ingin mengetahui apakah TIK, cukup oprasional atau tidak, maka anda cukup mencoba membuat tes untuk TIK tersebut. Bila tes dengan mudah dapat dibuat maka TIK anda itu cukup oprasional.
Ralph Tyler dan Gange mengajuakan tiga alasan mengapa tujuan pengajaran harus dirumuskan secara oprasional, yakni sebagai berikut:
1. Merumuskan yang oprasional itu akan membimbing dalam melancarkan tindakan mengajar – belajar. Menurut Mager, bila anda tidak mengetahui dengan jelas kemana anda akan pergi maka anda akan sulit meyiapkan rencana keberangkatan anda. Karena itulah maka guru harus menentukan lebih dahulu apa yang seharusnya dapat dilakukan siswa bila ia diajarkan kelak. Rumusan teliti itu akan membantu guru merencanakan langkah– langkah yang akan dilakukan murid dalam mencapai tujuan itu, juga langkah guru.
2. Tujuan yang dirumuskan secara operasional itu akan membantu guru dalam meyiapkan tindak evaluasi (post- test).
3. Perlunya tujuan pengajaran dirumuskan secara operasional ialah agar siswa dapat meyiapkan dirinya sendiri. Tujuan itu hendaknya telah diketahui oleh siswa sebelum pengajaran dimulai.
Berikut adalah dalam membuat rumusan yang oprasional :
a. Menuliskan, siswa dapat menuliskan……..;
b. Menyebutkan, siswa dapat menyebutkan……….;
c. Memilih, siswa dapat memilih…….;
d. Menunjukan, siswa dapat menunjukan sesuatu…….;
Dan berikut ini adalah yang tidak operasional:
a. Siswa dapat mengetahui tahun didirikan PBB
b. Memahami, siswa dapat memahami tawakal
c. Menghargai, siswa dapat menghargai keindahan alam
2. Meneliti Keadaan Kesiapan Murid Sebelum Proses Pengajaran. Disini kegiatan guru bukan saja meneliti kesiapan murid belajar, melainkan juga usaha membangkitkan minat memasuki proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Ada beberapa teknik dalam membangkitkan minat. Biasanya yang paling banyak dilakukan pada langkah kedua ini ialah kegiatan pretest. Pretest memang salah satu bentuk kegiatan dalam meneliti kesiapan murid, dan juga kadang-kadang dapat sekaligus membangkitkan minat belajar pada murid.
3. Guru menetukan topik pembahasan yang akan diajarkan di dalam kelas. Materi disini harus sesuai dengan apa yang hendak diajarkan dan pada terget dalam pembelajaran.
4. Mengadakan Evaluasi. Evaluasi disini juga sering disebut dengan postest, artinya tes yang dilakukan setelah selesai proses belajar mengajar. Kegunaan Post-test bukan saja untuk mengetahui berapa persen tujuan pengajaran dapat dicapai, melainkan juga berguna sebagai bahan masukan yang penting untuk menyempurnakan lesson plan tersebut, dengan perkataan lain post-test berguna sebagai umpan balik (feed back).
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
a. Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan.
b. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip oleh Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
a. Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan.
b. Evaluasi belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri.
c. Evaluasi belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan Skala Deferensial Sematik (SDS).
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
a. Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
b. Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang sama);
c. Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan maksud tes);
d. Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis.
Secara umum evaluasi dapat membantu memperhitungkan potensi murid dalam belajar. Evaluasi juga dapat memberikan informasi paling akurat mengenai kemampuan akademik siswa. Dengan evaluasi pendidik dapat melokalisasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar.
Tujuan utama Lesson Plan dalam sistem pengajaran
1. Agar guru mempunyai rencana yang jelas untuk mengajar,
2. Memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran,
3. Meningkatkan pembelajaran secara sistematis.
4. Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
E. Manfaat dari penggunaan Lesson Plan
1. Membuat rencana pelajaran menjadi sistematik dan tertata sehingga memudahkan pengajar ketika di sekolah.
2. Membuat rencana pelajaran menjadi sistematik dan tertata sehingga memudahkan guru di sekolah.
3. Pengajar dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
4. Pengajar dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
5. Pengajar dapat mempublikasikan hasil akhir dari Lesson Plan study
Lesson Plan dalam dunia pengajaran menjadi penting karena dengan diadakannya perencanaan pengajaran sebelumnya, maka seorang pengajar akan lebih siap mengenai hal apa saja yang harus ia lakukan pada saat melakukan kegiatan mengajar. Hal ini akan meminimalisir kemungkinan adanya waktu terbuang sia-sia dalam proses pengajaran ataupun kemungkinan tidak tersampaikannya materi pengajaran hingga tuntas yang diakibatkan oleh kurangnya pengaturan waktu oleh pengajar. Lesson plan secara tidak langsung dapat menumbuhkan rasa percaya diri pengajar dalam melakukan proses belajar mengajar.
BAB III
KESIMPULAN
A. Pengertian Lesson Plan
Dalam kehidupan sehari hari mungkin kita sudah banyak mendengar mengenai Lesson Plan. Lesson Plan itu sendiri adalah perencanaan yang dilakukan sebelum melakukan proses belajar mengajar dalam kelas.
B. Prinsip-Prinsip Dalam Pembuatan Lasson Plan
1. Memahami tujuan pendidikan,
2. Menguasai bahan pengajaran
3. Memahami teori pendidikan selain teori pendidikan
4. Memahami prinsip-prinsip mengajar
5. Pengajaran hendaknya menarik minat
a. Partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar,
b. Prinsip pengulangan,
c. Kematangan murid,
d. Prinsip mengajar murid belajar
6. Memahami metode-metode mengajar,
7. Memahami model-model pengajaran,
8. Menerapkan prinsip-prinsip evaluasi yang tepat,
C. Langkah-langkah pembuatan Lesson Plan
1. Tujuan
2. Meneliti Keadaan Kesiapan Murid Sebelum Proses Pengajaran,
3. Guru menetukan topik pembahasan yang akan diajarkan di dalam kelas,
4. Mengadakan Evaluasi
D. Tujuan utama Lesson Plan dalam sistem pengajaran
E. Manfaat dari penggunaan Lesson Plan
Demikian Devinisi Tentang lesson plan ,Saifudin Juhri S,Pdi