journalpesantren.com Bulan Ramadhan adalah bulan suci dan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam, bulan ini pun menjadi momentum yang tepat untuk merajut kembali persaudaraan yang sempat renggang akibat adanya perbedaan pilihan calon presiden dan calon wakil presiden, perbedaan partai, maupun perbedaan pilihan calon legislatif dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Jangan sampai pemilu 2024 ini menyebabkan retaknya tali persaudaraan antara sesama muslim dan sesama bangsa. Mari kita jadikan bulan Ramadan sebagai momentum merajut kembali persaudaraan, ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah. Bulan Ramadan menjadi kesempatan bagi kita untuk membersihkan sifat-sifat negatif seperti: keserakahan, kesombongan, dendam, dan lainnya. Bulan Ramadan menjadi madrasah bagi kita untuk berupaya maksimal membentuk diri menjadi pribadi bertakwa sebagaimana Allah telah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 183.
Mari kita renungi dan pelajari bersama Firman Allah dalam surat al-Imran ayat 134 dijelaskan bahwa ada tiga ciri karakter orang yang bertakwa, yaitu pertama adalah mereka yang mau menafkahkan hartanya, baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin), sesuai dengan kesanggupannya. Pesan Rasulullah, “Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong kurma….” Sifat kikir yang tertanam dalam hati, saatnya diberantas karena ini adalah musuh masyarakat. Umat tidak akan maju jika sifat kikir merajalela. Sifat kikir bertentangan dengan perikemanusiaan. Ramadhan mengajarkan setiap muslim untuk memiliki kepedulian sosial. Sehebat dan sebaik apapun Ramadhan dilakukan secara individu tetap dinilai tidak sempurna jika tidak diiringi dengan ibadah sosialnya. Kepedulian kepada masyarakat adalah bentuk wujud dari pelajaran yang bisa kita petik dari bulan ramadhan sebagai bentuk ciri orang yang bertaqwa.
Kedua, karakter ciri orang bertakwa adalah mampu menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya. Sehingga, ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat. Ketika sadar, pelakunya pasti menyesali tindakan yang dilakukannya. Puasa Ramadhan melatih kita untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang melampaui batas. Nabi bersabda, “Orang kuat bukan mereka yang dapat membanting lawannya, tapi yang dapat menahan amarahnya.” Karakter muttaqin yang ketiga adalah mau memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan orang yang sebenarnya kita mampu membalasnya, adalah sifat terpuji.
Semoga puasa kita di bulan ramadhan tahun ini menjadi wasilah yang mendidik kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kepedulian sosial dengan orang lain, mampu menahan amarah, dan pemaaf terhadap sesama manusia. Ketiga karakter inilah sangat penting dalam merajut kembali kerukunan umat dan memperkuat persatuan bangsa Indonesia. Semoga puasa Ramadahan kita di tahun ini menjadikan diri kita menjadi pribadi yang mencintai kebaikan. Sebab, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Aamiin Penulis Dr Jaenullah M pd Dosen Umala Lampung ( JP / 14/324).