journalpesantren.com .Santri adalah elemen strategis dalam menjaga keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan keunikan pendidikan dari pondok pesantren, mereka adalah sosok yang menyatukan unsur penting dalam menjaga keutuhan agama dan bangsa. Segi agama, para santri mendapatkan pembekalan dan pencerahan bagaimana Islam sebagai agama memiliki nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek kebangsaan, Indonesia adalah tanah air yang harus dibela, dijaga dan dilindungi para santri dari berbagai ancaman, tantangan, halangan dan gangguan yang berpotensi merusaknya.
Semangat keagamaan dan kebangsaan itu yang selayaknya menjadi inspirasi para santri dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang sudah mencapai lebih dari setengah abad. Sebagai kelompok intelektual yang tercerahkan, kalangan santri diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam mengisi ruang kosong kemerdekaan. Sisi lain, kalangan santri diharapkan membawa ide perubahan dari pesantren ke dalam lingkungan sosial di sekitarnya. Dalam hemat penulis, ada lima perubahan sosial yang dapat dijalankan santri dalam mengisi ruang kemerdekaan yang kelak dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pertama, belajar. Tugas seorang santri sebagai pelajar adalah belajar. Belajar di sini dapat diartikan memiliki semangat menuntut ilmu tinggi, dimanapun dan kapanpun, baik dalam kelas dan luar ruang kelas. Apalagi Al-Qur’an sudah memberikan jaminan orang yang mau belajar dan aktif menuntut ilmu akan ditinggikan derajatnya Maka, bbelajar harus digiatkan di kalangan santri sebab akan menghasilkan santri yang mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi, yang kelak bermanfaat dalam memajukan pembangunan nasional di era Indonesia merdeka sekarang dan masa depan.
Kedua, berkarya. Setiap manusia akan dikenal dari sejauhmana karya yang dihasilkan dalam kehidupannya. Setiap karya dalam mengisi kemerdekaan harus mampu produktif berkarya sesuai kompetensinya. Mereka harus aktif, kreatif, inovatif dan jadi manusia produktif yang menciptakan gagasan dan produk baru yang dikenang manusia lainnya. Ini sejalan dengan amanat Rasulullah bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ketiga, berdakwah. Makna dasar dakwah Islam adalah mengajarkan dan menyampaikan pesan Allah kepada manusia lainnya meskipun hanya satu ayat. Konteks di era kemerdekaan, berdakwah menjadi pilihan jalan santri dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dan menyebarkan keagungan ajaran Islam. Era teknologi, pemanfaatan internet dijadikan sarana positif mengedukasi masyarakat agar menjalankan Islam yang moderat sehingga mampu meminimalisir gerakan radikalisme yang belakangan marak di Indonesia. Dakwah Islam diarahkan agar mengembangkan Islam yang ramah, bukan Islam yang marah.
Keempat, bertoleransi. Kondisi kekinian, persoalan toleransi menjadi penting dibicarakan mengingat intoleransi meningkat dan berpotensi menciptakan ‘distrust’ dan polarisasi di masyarakat. Kecenderungan akan hal itu semakin menguat dan jika terus dibiarkan akan menciptakan disintegrasi bangsa dan menciptakan kerusakan sosial secara massif dalam tubuh bangsa Indonesia. Di era Indonesia merdeka, kalangan santri perlu terus menyemarakkan pentingnya gagasan toleransi sebagaimana diajarkan Al-Qur’an dan dipraktekkan secara nyata oleh Rasulullah SAW. Kita harus terus mendukung gagasan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin dan mengimplementasikan secara nyata konstitusi yang menjamin setiap pemeluk agama mendapatkan hak yang sama menjalankan kewajiban agamanya tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Kelima, berbhinekka secara global. Saat ini Kemendikbud RI sedang memassifkan sosialisasi Profil Pelajar Pancasila yang salah satu poinnya adalah berbhinneka secara global. Konsepsi ini patut mendapatkan dukungan penuh kalangan santri sebagai benteng terdepan dalam menjaga kebudayaan lokal dan siap bersinergis dengan budaya masyarakat dunia lainnya. Kita hidup di era keterbukaan yang tetap harus menjaga identitas, ciri khas dan lokalitas yang diturunkan secara baik oleh leluhur. Tetapi juga siap secara menerima dan menghargai segala kebudayaan asing yang sesuai dan tidak bertentangan dengan kultur sosial-budaya manusia Indonesia. Kita percaya, santri Indonesia berpikiran terbuka terhadap perubahan dan mampu mengolah perubahan yang ada untuk mengisi kemerdekaan dan memajukan bangsa Indonesia di masa mendatang.
*Inggar Saputra*
*Peneliti Global Riset Indonesia*